Banner Promo

Menu Pilihan

Resensi Buku: Karakter Guru Profesional



Judul Buku: Karakter Guru Profesional
 Penulis: Dr. Hamka Abdul Aziz, M.Si
Tahun: 2012
 Penerbit: Al- Mawardi Prima
Tebal buku: 248 halaman

 Kebanyakan orang melihat tugas guru hanya mengajar. Menyampaikan ilmu dan pengetahuan kepada murid-muridnya. Padahal mengajar dengan baik saja masih belum cukup. Apalagi tak jarang, ada guru yang sekadar mengajar tapi belum memastikan apakah muridnya mengerti atau tidak. Guru tipe tersebut hanya memikirkan gaji dan mengajar dilakukannya hanya sebagai formalitas. Tentu guru seperti itu bukan guru yang profesional.
Dalam buku ini Prof Hamka Abdul Aziz membahas lebih mendalam mengenai karakter yang harus dipahami, dan dimiliki guru agar menjadi guru profesional. Selain itu juga terdapat pembahasan tentang pendidikan karakter. Buku ini ditulis dengan nuansa islami. Terdapat kutipan ayat-ayat Al Quran dan tokoh-tokoh islam yang inspiratif berkaitan dengan bidang pendidikan.

Guru merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa sanksekerta yaitu gu dan ru. Gu artinya kegelapan dan ru artinya melepaskan. Jadi guru adalah manusia yang melepaskan manusia dari kegelapan. Dia membebaskan manusia dari kebodohan yang rmembuat mereka jauh dari ajaran Allah. Guru adalah profesi di mana seseorang menanamkan nilai-nilai kebajikan ke dalam jiwa manusia. Membentuk karakter dan kepribadian manusia. Maka, guru adalah sosok yang mulia.

Terdapat tugas pertama dan utama bagi guru yaitu membaca, mengenal, dan berkomunikasi. Membaca tidak hanya membaca kalimat atau tulisan yang tertulis pada buku. Dalam konteks pendidikan karakter, guru membaca dengan sifat Allah. Membaca dengan sifat Allah artinya juga menganalisis dan mengevaluasi. Jadi guru juga sebaiknya bisa bersikap kritis. Jika guru diam saja maka integritasnya dapat dipertanyakan. Kemudian, guru diharapkan mengenali muridnya dengan kelembutan bukan dengan kekuatan dan kekuasaan yang membuatnya menjadi otoriter.Guru mengenali murid dengan hati sehingga murid tidak ada yang dibeda-bedakan. Guru juga harus berkomunikasi untuk menyampaikan pelajaran ke murid-murid. Komunikasi harus dengan sifat Allah, sehingga murid tidak hanya mendapat ilmu tapi lebih dari itu. Murid akan merasa tercerahkan spiritualnya. Guru dianggap gagal berkomunikasi ketika murid-muridnya tidak menjadi manusia yang berkarakter asli atau manusia yang mengabdi pada Allah. Kemampuan membaca, mengenal, dan berkomunikasi dengan sifat Allah akan membuat guru mampu berkarya prestatif dan merekayasa daya cipta imajinatif. Guru akan mampu memanusiakan murid dengan kasih sayang.

Guru juga memiliki fungsi. Fungsi guru adalah mengajarkan, membimbing/mengarahkan, dan membina. Ketika guru berada di dalam kelas, dihadapan murid-murid, maka yang ditanam dalam hati guru adalah dia akan mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Dan apa yang diajarkannya bisa berpengaruh terhadap masa depannya. Membimbing artinya memberi petunjuk kepada orang yang tidak tahu. Sedangkan mengarahkan yaitu memberikan arahan kepada orang yang dibimbing itu agar tetap on the track, tidak salah langkah. Guru dengan fungsi pembimbing adalah guru yang menjalankan aktivitasnya dengan hati. Karena yang jadi sasaran utama fungsi profesionalnya adalah hati murid-muridnya, bukan sekadar otak mereka. Membina adalah berupaya untuk menjadikan sesuatu yang baik menjadi lebih baik. Fungsi membina perlu kontinuitas. Penulis mengajak pembaca untuk meneladani sikap-sikap dari tokoh Luqman Al-Hakim yaitu Guru yang bersyukur, guru yang menyatukan diri dengan murid, guru menjadi teladan, guru pengayom, guru yang bijaksana, guru apresiatif, guru multi talenta, guru rendah hati, dan guru yang bersahaja.

 Guru juga memiliki fungsi sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin guru berfungsi menggali, menemukan, dan mengembangkan nilai karakter murid. Namun, untuk menjadi pemimpin di hadapan murid-murid perlu diketahui ciri-ciri guru yang berperan sebagai pemimpin. Ciri-ciri tersebut adalah guru memposisikan dirinya sebagai pelayan murid, guru sebagai pengkader pemimpin baru, guru berperan sebagai sahabat, dan guru berperan sebagai murid. Sebagai pemimpin, guru harus visioner. Guru yang visioner adalah guru yang efektif dan efesien dalam penggunaan waktu. Dia selalu berpikir untuk masa yang akan datang. Untuk cita-cita membentuk generasi yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan cerdas lahir batin. Guru berkarakter pemimpin selalu mempunyai cara untuk memotivasi, mengarahkan dan membimbing murid-muridnya. Selain itu, dia juga pandai membangkitkan minat muridnya untuk menjadikan masa depan yang gemilang. Dia juga mampu menempatkan dirinya sebagai sang teladan yang menularkan gairah belajar. Selanjutnya, terdapat pembahasan tentang mengenal jiwa murid. Murid-murid memiliki etika yaitu tulus, sopan santun, rajin, pantang menyerah, tekun, dan fokus. Etika tersebut dijelaskan lebih rinci di buku ini. Guru sebagai pembimbing murid tentu harus memberi tahu dan memotivasi murid agar etika tersebut tertanam dalam diri murid.

Kemudian, guru juga harus mengenali dan mengetahui jiwa yang ada pada murid. Jiwa adalah potensi-potensi aktif dan dinamis yang ada pada manusia yang membuat manusia hidup, bergerak, dan berubah. Terdapat 10 jiwa dalam diri murid yaitu jiwa selamat, aman, taat, kebenaran, sabar, khusyu, peduli, mengendalikan diri, jiwa yang terpelihara dan jiwa bersama Allah. Dengan mengetahui kesepuluh jiwa murid tersebut, guru diharapkan dapat mengenal murid-muridnya tidak sekadar mengenal nama namun mengetahui lebih mendalam tentang jiwa yang dimiliki dalam muridnya. Penulis kemudian membedakan antara guru profesional dan amatir. Guru profesional adalah guru yang bekerja sesuai bidang keahliannya yang kemudian mendapat penghargaan (gaji) sebagai bentuk apresiasi. Guru profesional mampu mengendalikan fungsi otak dan hatinya untuk sesuatu yang bermanfaat dan bertanggung jawab. Guru amatir mengajar ala kadarnya saja, asal-asalan, dan tidak sungguh-sungguh. Dia datang, mengajar, pulang, dapat gaji. Dia tidak peduli murid-murid bisa menerima pelajaran atau tidak.

 Seperti halnya guru sebagai pemimpin, guru profesional juga memiliki ciri-ciri yaitu guru memiliki ciri enterpreneurship, self motivation, self growth, dan capability. Entrepreneurship maksudnya guru mempunyai kemandirian. Dia dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Kemandirian menunjukkan sikap guru yang memancarkan kepribadian, kewibawaan, kejujuran, dan potensi intelektual yang mumpuni. Guru profesional terbiasa menggunakan fungsi otak dan hati sehingga dapat dengan mudah memotivasi dirinya sendiri (self motivation) untuk berbuat dan berkarya yang terbaik. Self growth berarti guru juga berkembang mengikuti perkembangan jaman sehingga tidak ketinggalan jaman. Capability adalah kemampuan, kecakapan, atau keterampilan. Guru profesional memiliki kemampuan mengelola waktu, memahami jiwa-jiwa muridnya, dan memotivasi muridnya. Guru profesional tidak berkaitan langsung dengan finansial namun terkait dengan kemampuan, kecakapan, keterampilan, dan kejujuran.

 Penulis mengungkapkan bahwa Guru profesional merupakan sang idola yang KEREN: Kuat karakternya dan tangguh kepribadiannya Etos kerjanya tinggi dan penuh semangat Ramah dan senantiasa diliputi kasih sayang Egaliter sikapnya, mengangap semua manusia sama dan sederajat Nastiti, cermat bertindak dan selalu berhati-hati dalam bertutur kata Guru profesional, dalam penerpannya juga berkaitan dengan guru yang bertangan dingin yaitu guru yang berhasil dalam setiap upayanya tanpa banyak bicara. Ciri-ciri guru bertangan dingin yaitu memulai pembicaraan dengan salam, berbicara lemah lembut, berkata benar dan baik,simpati dan empati, nasihat yang berhikmah, dan berlaku adil dalam bicara.

 Guru sesungguhnya adalah pelayan murid. Guru profesional yang memahami posisinya sebagai pelayan, akan melakukan yang terbaik untuk muridnya. Maka agar kualitas pelayanan guru dinilai baik maka dia harus memiliki persiapan yang matang, belajar dari kegagalan, melakukan intensifikasi dialog, sharing pengalaman, studi banding, dan happy ending. Pelayanan terbaik tentu sebaiknya diberikan guru. Namun, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelayanan tersebut yaitu culture, tradition, behavior, dan life style. Sosok guru merupakan teladan bagi muridnya. Untuk menjadi teladan yang baik, guru harus memiliki prinsip hidup yang kuat, selalu berpikir postitif, dan menjauhkan pikiran negatif. Masyarakat sudah menganggap guru sebagai sosok yang pintar, berilmu dan berwibawa. Anggapan masyarakat itu menunjukkan apresiasi masyarakat terhadap profesi guru. Maka untuk menjawab apresiasi masyarakat tersebut, guru harus meningkatkan kompetensi dirinya dengan cara meluruskan niat, tidak berhenti belajar, membuat target dan mengevaluasi, fokus pada kelebihan, tidak membawa masalah dari rumah ke dalam kelas, cerdas memanfaatkan waktu dan cermat menangkap peluang, dan yakin akan berhasil.

Di akhir bab, terdapat pembahasan mengenai pendidikan karakter. Pendidikan karakter perlu diterapkan di semua jenjang pendidikan karena menyangkut perbaikan kualitas manusia Indonesia dan berkenaan dengan pengelolaan hati. Dua alasan tersebut diuraikan dalam buku ini. Perlu strategi untuk menerapkan pendidikan karakter. Strategi yang paling sederhana adalah melalui figur, keteladanan, pendidikan berkesinambungan, kegiatan intrakulikuler, kegiatan ekstrakulikuler.

Ditangan guru profesional pendidikan karakter menjadi alat untuk pemersatu bangsa, peduli lingkungan dan sesama, menautkan kerukunan, ingin selalu bersama Allah. Hal-hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam buku ini.
Brian Prasetyawan Guru SDN Sumur Batu 01 Pagi Jakarta. Menulis sejak 2009. Pengurus Asosiasi Guru Penulis PGRI. Pengurus Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI

1 Komentar untuk "Resensi Buku: Karakter Guru Profesional"

Silakan mengirimkan komentar yang sesuai dengan postingan diatas.

Tolong berkomentar menggunakan nama pribadi. Jangan nama produk/bisnis/judul postingan artikel. Komentar menggunakan nama tersebut terpaksa akan saya hapus.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel