Jalan-Jalan Ke Bioskop Saja Udah Seneng Banget
25 Maret 2017
14 Komentar
Study tour merupakan kegiatan yang tentu tak asing bagi anak-anak sekolah. Melalui study tour, siswa dapat memperkaya pengalamannya dan mendapat wawasan yang mungkin tak didapat di sekolah. Selama 6 tahun sekolah (untuk tingkat SD), setidaknya pernah satu kali study tour lah ya. Kalau di sekolah swasta mungkin hampir pasti selalu terlaksana. Bahkan mungkin setiap jenjang kelas (kelas 1-6) ada study tournya. Namun bagaimana dengan SD negeri, khususnya SD tempat saya mengajar ? Beberapa sekolah negeri mungkin ada yang melakukan study tour. Namun beda ceritanya kalau di sekolah saya. Tidak pernah ada namanya program study tour ! Loh ... kok nggak ada study tour ? Kenapa ? Ya... ini akibat dari aturan yang mengikat sekolah negeri di Jakarta. Aturan yang sudah diketahui banyak orang yaitu sekolah tidak boleh melakukan pungutan kepada siswa. Kita tahu kalau biaya study tour itu tidaklah murah. Sedangkan dana yang disalurkan dari pemerintah hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan operasional sekolah. Maka di sekolah saya nggak kepikiran buat study tour. Kalau pun ada SD negeri lain di Jakarta yang bisa study tour, saya nggak tau deh kenapa bisa.
Nah.... Suatu ketika, ditengah hausnya siswa akan kegiatan luar sekolah. datanglah tawaran nonton film bareng. Tawaran itu datang dari pihak produksi film berjudul Ayu Anak Titipan Surga. Awalnya sekolah saya tidak langsung mau menyetujuinya saja. Karena dalam tawarannya itu ada permintaan agar setiap siswa membayar tiket 30ribu. Nah loh...... padahal kan nggak boleh melakukan pungutan. Tapi akhirnya sekolah saya setuju karena iuran untuk kegiatan itu sudah disetujui oleh kasudin, sehingga tidak menjadi masalah. Kegiatan ini juga tidak memaksa seluruh siswa untuk harus ikut. Guru hanya menawarkan saja bagi yang berminat.
Menjelang hari H, siswa yang mendaftar sekitar 200an, mulai dari kelas 1 sampai 6. Wew banyak juga. Ya mungkin mereka tidak mau melewatkan kesempatan untuk nonton ke bioskop, apalagi bareng teman-temannya. Tidak sedikit juga yang ternyata itu merupakan pengalaman pertama mereka ke bioskop.
Kegiatan nonton bareng akhirnya tiba pada Rabu 22 Maret 2017. Pukul setengah 9 siswa disiapkan di lapangan. Kami berangkat naik metro mini. Awalnya disiapkan 6 metro mini, tapi sepertinya nggak muat sehingga menambah satu metro mini lagi. Hampir satu jam kemudian, kami semua berangkat menuju bioskop Sunter Mall.
Ketika sampai di Sunter Mall, suasana agak chaos. Bisa dibayangkan gimana ribetnya para guru menggiring 200 anak masuk ke mall hingga masuk ke studio bioskop. Ditambah lagi, diwaktu yang sama juga ada 2 sekolah lain yang juga nonton bareng. Nah udah deh..... beratus-ratus anak tumplek jadi satu di satu bioskop. Belum lagi ditambah orang tua yang begitu semangat ikut nganter anaknya ke sana. Tadinya kami pakai dua studio sampai akhirnya pakai satu studio lagi.
Ketika anak-anak sudah di dalam studio, suasana ramai banget. Ada yang ngobrol, saling tukar cemilan, foto-foto, dan nengok-nengok ke belakang. Kalau yang kelas kecil (kelas 1-3) sepertinya fokusnya bukan lagi buat nonton film hahaha. Belum lagi orang tuanya yang sibuk ngasih cemilan, minuman, sampai fotoin anaknya. Hahaha heboh lah pokoknya. Saat filmnya mau dimulai saja guru dan petugas bioskop butuh waktu untuk mendiamkan anak-anak. Waktu penayangannya pun jadi molor setengah jam. Jam setengah 11 baru dimulai.
Film yang juga dibintangi Norman Kamaru ini memang ditujukan sebagai pendidikan karakter anak SD. Siswa diharapkan mencontoh karakter baik Ayu dan belajar dari berbagai kisah yang dialami Ayu di film tersebut. Sebenernya ide cerita dan berbagai konflik yang disajikan cukup standar. Ayu seorang anak yang Ayahnya sudah meninggal. Sang ayah meninggalkan hutang yang menjadi permasalahan keluarga Ayu. Ayu juga memiliki teman di sekolah yang kerap mengerjainya karena tidak suka padanya. Iya garisnya besarnya gitu aja. Walau begitu, film tersebut mampu mengoyak emosi penonton. Salah satu murid saya sampai akhirnya tersedu-sedu. Padahal dia cowok dan berbadan besar hehehe,
Setelah sekitar dua jam menonton, suasana chaos kembali menghampiri. Saya dan para guru harus mendampingi siswa keluar mall. Ketika sudah di lobby mall, ternyata metro mininya baru satu yang datang ! hahaha haduhhh bener-bener deh. Kami harus nunggu metro mini yang lain. Hingga akhirnya 5 metro mini lainnya datang. Loh berarti total 6 metro mini. Padahal waktu berangkat ada 7. Hahaha entahlah........ yang penting kami semua keangkut dan (mudah-mudahan) nggak ada yang ketinggalan haha.
Ya begitulah kebahagiaan sederhana murid-murid sekolah saya. Jalan-jalan ke bioskop aja itu udah luar biasa haha. Semoga kedepannya ada kegiatan keluar lagi. Berarti cara alternatifnya adalah dari pihak pemerintah (khususnya dinas pendidikan) yang harusnya aktif bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengadakan kegiatan keluar untuk siswa sekolah negeri. Untuk transportasi bekerja sama dengan dishub yaitu menggunakan bis sekolah. Kasian kan anak Jakarta kalo nggak tahu satria mandala atau kawasan kota tua.
Ketika anak-anak sudah di dalam studio, suasana ramai banget. Ada yang ngobrol, saling tukar cemilan, foto-foto, dan nengok-nengok ke belakang. Kalau yang kelas kecil (kelas 1-3) sepertinya fokusnya bukan lagi buat nonton film hahaha. Belum lagi orang tuanya yang sibuk ngasih cemilan, minuman, sampai fotoin anaknya. Hahaha heboh lah pokoknya. Saat filmnya mau dimulai saja guru dan petugas bioskop butuh waktu untuk mendiamkan anak-anak. Waktu penayangannya pun jadi molor setengah jam. Jam setengah 11 baru dimulai.
bukafilm.com |
Film yang juga dibintangi Norman Kamaru ini memang ditujukan sebagai pendidikan karakter anak SD. Siswa diharapkan mencontoh karakter baik Ayu dan belajar dari berbagai kisah yang dialami Ayu di film tersebut. Sebenernya ide cerita dan berbagai konflik yang disajikan cukup standar. Ayu seorang anak yang Ayahnya sudah meninggal. Sang ayah meninggalkan hutang yang menjadi permasalahan keluarga Ayu. Ayu juga memiliki teman di sekolah yang kerap mengerjainya karena tidak suka padanya. Iya garisnya besarnya gitu aja. Walau begitu, film tersebut mampu mengoyak emosi penonton. Salah satu murid saya sampai akhirnya tersedu-sedu. Padahal dia cowok dan berbadan besar hehehe,
Setelah sekitar dua jam menonton, suasana chaos kembali menghampiri. Saya dan para guru harus mendampingi siswa keluar mall. Ketika sudah di lobby mall, ternyata metro mininya baru satu yang datang ! hahaha haduhhh bener-bener deh. Kami harus nunggu metro mini yang lain. Hingga akhirnya 5 metro mini lainnya datang. Loh berarti total 6 metro mini. Padahal waktu berangkat ada 7. Hahaha entahlah........ yang penting kami semua keangkut dan (mudah-mudahan) nggak ada yang ketinggalan haha.
Ya begitulah kebahagiaan sederhana murid-murid sekolah saya. Jalan-jalan ke bioskop aja itu udah luar biasa haha. Semoga kedepannya ada kegiatan keluar lagi. Berarti cara alternatifnya adalah dari pihak pemerintah (khususnya dinas pendidikan) yang harusnya aktif bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengadakan kegiatan keluar untuk siswa sekolah negeri. Untuk transportasi bekerja sama dengan dishub yaitu menggunakan bis sekolah. Kasian kan anak Jakarta kalo nggak tahu satria mandala atau kawasan kota tua.
Waduuuh keangkut semua kan akhirnya,, aku nggak bisa bayangkan, lalu ada berapa guru dan org dewasa diantara 200 anak itu??
BalasHapusAq dulu juga liburan paling 1 kali selama 6tahun sekolah, dan itu pun ga mampu bayar :(
Iya keangkut semua. Dan untung ga ada yang ilang hehe.
HapusGurunya ada 11 ditambah orang tuanya ga keitung ada brp hehe.
Walahh trus jd ga ikut ?
Repot jika pakai metro mini, kadang mereka kabur duluan demi mengejar setoran. Ada saran nih, artikel ini sungguh luar biasa bermanfaat, tulisannya sungguh enak dibaca. Bagaimana jika templatenya diperbaiki biar lebih bagus lagi.
HapusNggak bisa ngebayangin betapa rempongnya si bapak ibu guru Mas. Peuh deh langsung si bioskap. Aku pernah mengalaminya dulu SD nonton film perjuangan digiring bapak ibu guru juga hehehe
BalasHapusOoh dulu pernah juga ya mba.... Kalo saya waktu sekolah dulu nggak pernah ada nonton bareng ke bioskop. Bioskopnya aja juga jauh hahaha
HapusSebuah bukti kalau belajar itu nggak cuma di bangku sekolah. Dari nonton film pun bisa. :D
BalasHapusStudy tour gak ada study-study-nya, kok. Lebih ke main aja kalo lihat dari pengalaman zaman gue SD-SMP dulu. :D
Hahaha iya sih ga... Tapi biar senggaknya anak2 punya pengalaman ke suatu tempat hehe :D
HapusHahahaha gak kebayang rusuhnya nanganin sampe 200 anak buat masuk ke dalem bioskop. Itu kalo aku udah pasti garuk-garuk kepala terus. Muahaha. :))
BalasHapusDitambah lagi emak-emaknya juga nambah2in rusuh pak haha haduh
Hapuskemarin anak2 minta study tour ke bioskop juga mas,
BalasHapusnonton power ranger
gogo power ranger
tapi ini film bisa deh saya putar entar tapi di kelas aja hehe.
yaudah.... guru-gurunya aja Yang nonton bareng power ranger di bioskop haha
HapusAku salut, inilah suatu pengenalan budaya, agar anak-anak nanti menyukai film produk dalam negeri. Kenapa saya tidak diajak ya ? pas banget saya di bioskop kelapa gading.
BalasHapusIya mudah2an kedepannya ada lagi kegiatan seperti itu.
HapusHaha oh di kelapa gading ? kenapa nggak bilang2 ? haha
aku dulu sd negeri ga ada study tour jg kang klo mau main y tinggal aja jalan2 kegunung seluruh kelas krn tgl dikampung ga pke bayar bahahaa. dan pas kelas 5 sd apa kls 4 gtu yg film baby days out tayang kami sekelas akhirnya ke bioskop satu2nya dikampung kami stlh kami nonton lalu bioskopnya tutup🤣😂
BalasHapus