Banner Promo

Menu Pilihan

Kelas Menulis PGRI (8): Inspirasi dari Ibu Guru Cantik



Pelatihan menulis online hari kedelapan pada 13 Maret 2020 menghadirkan Ibu Lilis Sutikno sebagai narasumber. Beliau merupakan seorang instruktur di Nusa Tenggara Timur. Tema pertemuan ini yaitu menjadi guru tangguh di daerah 3T. Beliau dikenal sebagai guru dan instruktur kurikulum 2013.
Ibu Lilis mengawali pelatihan dengan memperlihatkan dua cover buku karyanya dan slide mengenai profilnya. Saya disuguhkan kisah menarik dibalik buku yang ditulis beliau serta pesan moral yang dapat diteladani.

Ibu Lilis menceritakan bahwa beliau menulis buku karena AGUPENA (Asosiasi Guru Penulis Indonesia) NTT. Beliau adalah salah satu pengurusnya dan sudah 2 periode.
Sebagai seorang pengurus organisasi guru penulis, beliau menyadari ketika MUSWIL PERTAMA.Tidak satupun dari pengurus yang menulis buku sendiri. Ada yang menulis buku, tetapi keroyokan. Itupun di fasilitasi oleh AGUPENA PUSAT. Karena itulah beliau menulis buku untuk memenuhi kebutuhan Muswil.

Selanjutnya Ibu Lilis menjelaskan proses menulis yang dilakukan hingga menjadi buku. Beliau sering menulis di Facebook. Dimana dalam setiap kegiatan, momen dan perjalanan dinas. Semua diabadikan di Facebbok. Momen-momen penting yang tertulis di facebook, kemudia beliau pilih yang banyak like nya dan disatukan menjadi buku. Maka buku yang dibuat bercerita tentang keseharian beliau

Ibu Lilis menyampaikan bahwa Menulis itu tidak selalu fokus...Duduk, diam, dan mengetik....
Saat ini menulis bisa di mana saja.

Ketika beliau diundang sebagai instruktut, beliau tidak hanya sekedar berbagi ilmu tentang Kurikulum 2013 saja Tetapi lebih lagi tentang menulis. Khususnya menulis PTK/PTS

Setelah bahan tulisan sudah cukup untuk menjadi buku, Ibu Lilis mencari orang yang bisa menjadi
editor bukunya. Beliau tegaskan, Pokoknya modal berani saja... PD saja.  Bahkan beliau sampai scri modal hutang koperasi 32 Jt. Untuk cetak 1000 buku. Kemudian buku dijual seharga Rp. 75.000.
Ketika penjualan buku sudah berlangsung, jangan lupa dicatat pembukuannya. Gunakan akutansi sederhana. Dikali... dibagi... dikurangi... ditambah...Hitung sana hitung sini...

Saya hingga saat ini masih untung lebih dari 20Jt. Buku habis terjual...Dan saat ini cetak ulang dengan cover Best Seller

Suksesnya penjualan buku Ibu Lilis juga tak lepas dari kebaikan yang sudah beliau tebarkan. Beliau tidak ragu untuk sedekahkan bukunya untuk sekolah-sekolah dan pesanteren di pelosok NTT sambil  bertugas keliling NTT.

Terkait modal besar yang harus dikeluarkan dan hubungannya dengan berbagi, Ibu Lilis punya prinsip tersendiri
Ada yang memang bisa tanpa modal
Tetapi bagi yang tanpa modal mereka tak seberani saya dalam membagi-bagi gratis bukunya kepada sesama.
Sebab...
Buku yang di cetak dengan kita diberikan royalti, ketika mau berbagi mereka khan harus beli di penerbitnya.
Sedangkan saya, bisa berbagi dengan siapa saja yang saya suka!!!.
Nilai lebih dari kita mencetak buku berbayar, kita bisa banyak sedekah
Dengan sedekah buku... kita sedekah ilmu... dengan sedekah ilmu... kita sama dengan guru besar yang maha besar.

Kemudian bagaimana buku Ibu Lilis yang berjumlah 1000 eksemplar itu bisa habis terjual ? Tentu berkat aktivitasnya sebagai instruktur yang keliling ke berbagai tempat, memberi kesempatan untuk sekaligus mempromosikan bukunya.
Selain itu juga memberi tahu ke kepala dinas agar merekomendasikan bukunya di WA Group Kepala Sekolah. Selanjutnya datang ke sekolah-sekolah, ketuk pintu kepala sekolah, dan mengenalkan diri bahwa beliau penulis buku tersebut.

Ibu Lilis juga memotivasi agar kita percaya diri terhadap buku karya sendiri.
Kita harus positif dalam berpikir.
Buku saya bagus...
Sangat menginspirasi dunia...
Orang jualan Narkoba sembunyi-sembunyi saja laku.
Masak kita jualan buku, bagus lagi.
Pasti Allah buka jalan keberkahan untuk saya manejadi kaya raya karena menulis buku
Segala sesuatu niatkan dalam hati yang positif.
Bicara yang positif.

Dengan berpikir positif...Berkata positif...
Hasilnya pasti juga positif...
Jika belum positif
Gas terus
Tahajudnya...
Dhuhanya...
Baca Al-Qur'annya...
Istigfarnya....
Solawat Nabinya...
Sedekahnya....

Untuk mencapai kesuksesan seperti Ibu Lilis memang tidak mudah, Jika ingin mengikuti jejak beliau kita harus tangguh menghadapi berbagai rintangan.
Untuk menjadi sukses, banyak halangan dan rintangan mengahdang.
Banyak cacian dan hinaan...
Banyak cibiran dan fitnah....
Maka .....
Miliki prinsip hidup CUEK SEBAGIAN DARI IMAN
Jika kanan kiri muka belakang bicara tentang kita...
Berkatalah pada mereka yang ada...
Saya tahu apa yang meraka katakan tentang saya di belakang sana, tetapi saya tak mau tahu itu
MAJU TERUS PANTANG MUNDUUR
Sekali layar terkembang pantang kita kembali ke dermaga lagi. Laju terus biar angin badai menghantam. Lajukan kapal dengan kemudi kuat iman di dada serta hanya berharap pada ridho Allah semata
Brian Prasetyawan Guru SDN Sumur Batu 01 Pagi Jakarta. Menulis sejak 2009. Pengurus Asosiasi Guru Penulis PGRI. Pengurus Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI

4 Komentar untuk "Kelas Menulis PGRI (8): Inspirasi dari Ibu Guru Cantik "

Silakan mengirimkan komentar yang sesuai dengan postingan diatas.

Tolong berkomentar menggunakan nama pribadi. Jangan nama produk/bisnis/judul postingan artikel. Komentar menggunakan nama tersebut terpaksa akan saya hapus.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel