Banner Promo

Menu Pilihan

Mengenang KA Parahyangan



















BERBEDA dari biasanya, perjalanan di atas Kereta Api Parahyangan tampak lebih ramai. Bahkan di loket pembelian tiket Stasiun Gambir, Jakarta, seluruh tiket dari enam rangkaian gerbong yang berangkat Senin (26/4/2010), sore ludes terjual.

Meski kereta berangkat dari Stasiun Gambir terlambat setengah jam dari jadwal, namun tak terlihat raut gelisah calon penumpang KA Parahyangan.

Perjalanan sore itu merupakan perjalanan nostalgia bagi pencinta kereta api yang acapkali bolak-balik Jakarta-Bandung menggunakan KA Parahyangan. Maklum, sore itu merupakan perjalanan terakhir KA Parahyangan setelah selama 39 tahun beroperasi.

Penumpang setia KA Parahyangan, Trisilo (47), mengaku menggunakan kereta ini sejak tahun 1974. Pada perjalanan nostalgianya ini dia terlihat membawa ratusan koleksi tiket KA Parahyangan yang disimpannya sejak tahun 1976.

Tak hanya itu, saking cintanya kepada KA Parahyangan, di dadanya juga terpampang tulisan "Selamat tinggal keretaku Parahyangan. Semoga tugasmu selama 39 tahun menjadi amal baik".

PT Kereta Api memutuskan menutup layanan kereta ini karena merugi di rute tersebut. KA yang tersohor selama beberapa dekade telah habis-habisan dilibas angkutan travel yang merajai jalan Tol Jakarta-Bandung sejak adanya Tol Cipularang yang merupakan sambungan dari Tol Cikampek. KA Parahyangan pun kehilangan penumpangnya. Kereta itu hilir-mudik dengan sedikit penumpang, seolah kereta hantu. Kerugian PT KAI mencapai Rp 36 miliar per tahun.

Mulai Selasa 27 april 2010, KA Parahyangan tinggal kenangan. Sekelumit kisah para penumpang di atas kereta ini menjadi saksi sejarah yang mungkin takkan pernah lekang oleh waktu.
Sumber: kompas.com

Kisah pengalaman beberapa penumpang KA "legendaris" itu bermacam-macam. Di TV One tadi pagi di acara apa kabar indonesia, menghadirkan beberapa penumpang setia KA Parahyangan sebagai narasumber. Salah satu narasumber itu membawa foto sekumpulan orang yang berfoto di depan KA Parahyangan saat KA itu ada di suatu stasiun.

Pengalaman lainnya, ada seorang bapak yang mengenang kisah cinta bersama pacarnya yang kini menjadi istrinya di KA Parahyangan. Ia berkata bahwa Ia selalu menumpang KA Parahyangan untuk jalan-jalan ke Jakarta bersama istrinya saat masih pacaran.

Ada juga seorang bapak yang sudah menjadi penumpang KA Parahyangan sejak tahun 1980-an. "Ketika itu harga karcisnya masih Rp 4000", kata dia. Pada saat itu katanya di dalam kereta ada telepon umum yang menggunakan kartu. Jadi saat kereta mau sampai di stasiun. Para penumpang mengantri agar bisa menggunakan telepon itu untuk menghubungi saudaranya supaya menjemputnya.
Brian Prasetyawan Guru SDN Sumur Batu 01 Pagi Jakarta. Menulis sejak 2009. Pengurus Asosiasi Guru Penulis PGRI. Pengurus Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI

Belum ada Komentar untuk "Mengenang KA Parahyangan"

Posting Komentar

Silakan mengirimkan komentar yang sesuai dengan postingan diatas.

Tolong berkomentar menggunakan nama pribadi. Jangan nama produk/bisnis/judul postingan artikel. Komentar menggunakan nama tersebut terpaksa akan saya hapus.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel