Banner Promo

Menu Pilihan

Beralih dari Peresensi Menjadi Blogger Buku

Peresensi dan blogger buku apa bedanya ? Toh sama-sama ada hubungannya dengan buku. Blogger buku juga ujung-ujungnya meresensi buku di blog.

Namun, saya merasa ada yang berbeda dengan kedua hal tersebut. Sebelumnya saya jelaskan dulu bahwa peresensi yang saya maksud lebih kepada orang yang suka meresensi buku dan mengirimnya ke media cetak untuk dipublikasikan.

Jadi setahun terakhir ini saya mencoba mengirim resensi ke beberapa koran. Namun dari 10 kali percobaan mengirim ke koran-koran, hanya berhasil dimuat 1 kali. Kemudian ada salah satu redaksi koran yang meminta saya merevisi resensinya. Revisi satu kali belum cukup, saya diminta revisi lagi.

Tidak tahu kenapa, dengan faktor-faktor tersebut, saya jadi nyerah. Ya memang seharusnya saya tidak boleh nyerah. Tapi saya kehilangan motivasi untuk tidak menyerah. Maka saya akhirnya memilih mengoptimalkan blog buku saya. Saat saya menekuni menjadi peresensi, blog buku saya hanya menjadi tempat arsip resensi-resensi saya yang saya kirim ke koran.

Kini saya lebih menekuni menjadi blogger buku. Jadi blog saya tidak hanya menjadi tempat arsip resensi tapi menjadi etalase buku-buku yang saya miliki. Saya pun mengikuti event yang biasa diikuti oleh blogger buku pada umumnya seperti reading challenge. Kini tampilan blog buku saya sepertinya sudah mencerminkan blog buku yang sesungguhnya.

Blog buku yang sesungguhnya itu seperti apa ? Kalo menurut saya ,blog buku yang sesungguhnya itu punya banner keanggotaan Blog Buku Indonesia, punya juga banner reading challenge, dan ada label pengkategorian buku. Mengapa saya berpendapat seperti itu ? Karena setelah saya blogwalking ke beberapa blog buku, kebanyakan blog-blog tersebut menampilkan widget tersebut di blognya.

Nah kini kembali ke pertanyaan awal. Peresensi dan blogger buku apa bedanya ? Setidaknya ada empat perbedaan yang saya rasakan. Pertama dari segi membaca bukunya. Saat menjadi peresensi saya membaca buku secepat mungkin bahkan ada bagian yang dilewati, supaya bisa sesegera mungkin menulis resensi agar tidak keduluan dengan peresensi lain. Namun saat menjadi blogger buku saya bisa menikmati keseluruhan isi buku karena saya membaca dengan santai tanpa mengkhawatirkan hal-hal lain.

Kedua dari segi membeli buku. Saat menjadi peresensi saya membeli buku yang kira-kira berpeluang besar dimuat di koran, walaupun saya kurang tertarik dengan buku tersebut. Namun positifnya, saya menjadi lebih terbuka dengan berbagai genre buku. Saat menjadi blogger buku, saya membeli buku yang memang menarik buat saya untuk dibaca.

Ketiga dari segi meresensinya. Saat menjadi peresensi, saya harus menyusun tulisan resensi dengan kata-kata yang baku, saya juga merasa terbatas untuk mengekspresikan kelebihan atau kekurangan buku tersebut. Saat menjadi blogger buku saya bisa membuat resensi dengan sesuka hati dengan kalimat-kalimat yang lebih ekspresif.

Lalu apa enaknya jadi blogger buku ? Menjadi blogger buku sebenernya untuk sarana have fun saja bagi orang-orang yang emang suka sama buku. Dengan kata lain, untuk penyaluran kepuasan minat terhadap buku. Jadi saya merubah mindset saya yaitu bahwa membaca dan meresensi buku itu untuk menyalurkan hobby bukan untuk tujuan komersil yaitu mendapat hadiah seperti saat menjadi peresensi.

Maka dengan menjadi blogger buku, saya mau berlatih dulu menulis resensi sebanyak-banyaknya, jadi kalau suatu saat ingin ngirim resensi ke koran lagi saya bisa lebih luwes menulis resensinya



Brian Prasetyawan Guru SDN Sumur Batu 01 Pagi Jakarta. Menulis sejak 2009. Pengurus Asosiasi Guru Penulis PGRI. Pengurus Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI

1 Komentar untuk "Beralih dari Peresensi Menjadi Blogger Buku"

Silakan mengirimkan komentar yang sesuai dengan postingan diatas.

Tolong berkomentar menggunakan nama pribadi. Jangan nama produk/bisnis/judul postingan artikel. Komentar menggunakan nama tersebut terpaksa akan saya hapus.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel