Banner Promo

Menu Pilihan

Klub Harus Lebih Kreatif dalam Berbisnis

Gw seneng banget. Untuk pertama kalinya, tulisan gw ada yang dimuat di rubrik Oposan Tabloid Bola edisi 11-12 April 2013 . Menurut gw, rubrik ini adalah rubrik kiriman pembaca Bola yang paling prestige. Kenapa ? karena rubrik itu spesial hanya untuk satu pengirim saja ditiap edisinya dan ukuran rubriknya cukup besar. Selain itu, berdasarkan pengalaman orang lain, jika tulisan dimuat di rubrik oposan itu, maka akan mendapat honor. Tentu gw seneng bisa menjadi salah satu pengirim tulisan yang dimuat di rubrik itu. Dengan dimuatnya tulisan gw ini di rubrik oposan, maka total sudah ada 6 tulisan gw yang dimuat di berbagai rubrik Tabloid Bola :)

Berikut ini tulisan gw:

Sejak 2011, semua klub profesional Liga Indonesia tidak lagi menyusu dari dana APBD untuk memenuhi biaya operasionalnya untuk menjalani 1 musim kompetisi. Kebijakan PSSI tersebut merupakan langkah yang bagus agar klub mandiri dan dana APBD dapat digunakan untuk kepentingan lain. Namun hingga saat ini, beberapa klub masih mengalami kesulitan mendapatkan dana karena kekurangan sponsor. Kabar mengenai Masalah tunggakan gaji pemain dan tumpukan hutang klub selalu beredar silih berganti. Seperti halnya Persibo. Klub asal Bojonegoro tersebut bahkan angkat tangan untuk bisa meneruskan kompetisi Piala AFC karena kekosongan kas klub. Masih beruntung, PT Liga Indonesia mau membantu klub itu untuk menyelesaikan semua pertandingan di babak penyisihan grup.

Memang klub di Indonesia masih harus beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan biaya dengan usaha sendiri. Menanggapi kebijakan tersebut, beberapa klub menerapkan langkah untuk membuat klub menjadi Perseroan Terbatas (PT). Memang terdengar sedikit aneh, klub sepakbola kok menjadi PT kayak perusahaan komersil lainnya. Tapi memang harus begitu. Klub Indonesia harus lebih komersil. Setiap klub tidak hanya dituntut untuk menampilkan sebagai klub berprestasi tapi juga harus komersil. Beberapa klub juga ada yang berhasil lepas dari kesulitan biaya karena bisa memperlihatkan sisi komersilnya.

 Contohnya seperti apa yang terjadi pada Persib Bandung. Di banding klub-klub besar lainnya, dalam beberapa musim terakhir, Persib belum mampu menjadi pesaing kuat dalam perebutan tahta juara. Namun Persib berhasil menampilkan diri sebagai klub yang komersil sehingga menjadi daya tarik bagi banyak sponsor untuk bekerja sama dengan klub kota kembang tersebut. Sebagai salah satu klub besar, dengan bertabur pemain bintang dan basis Bobotoh yang cukup kuat mungkin menjadi Faktor meningkatnya citra komersil klub tersebut. Bagaimana untuk klub medioker ? Ya, kepedulian pengusaha lokal untuk mensponsori klub tersebut menjadi harapan terbesar.

Hanya mengandalkan Sponsor dan pemasukan tiket pertandingan. Mendulang pemasukkan dengan cara konvensional tentu belum cukup. Klub harus berpikir lebih kreatif untuk mencari sumber pemasukkan. Selain mengelola klub, Manajemen klub juga dapat memikirkan usaha-usaha bisnis skala besar untuk menjadi sektor pemasukkan klub. Jika di Eropa, ada Real madrid yang berencana membangun dan mengelola sebuah tempat wisata.

Dengan dibentuknya klub sebagai PT, tentu banyak langkah komersil yang bisa diambil. Misalnya, selain dari tiket pertandingan, Stadion seharusnya bisa dimaksimalkan lagi untuk menambah pemasukkan. Saya berpikir, kenapa stadion di Indonesia tidak dimaksimalkan menjadi pusat kegiatan, hiburan, dan wisata bagi masyarakat. Seperti yang dilakukan klub-klub eropa. Di eropa, adalah hal biasa jika klub memiliki tawaran paket tour stadion dengan fasilitas museum di dalamnya. Memang itu butuh renovasi stadion penambahan fasilitas agar lebih layak menjadi destinasi wisata. Dan tentu kerjasama dengan pemkot yang memiliki stadion. Tapi untuk meraih hasil maksimal diperlukan modal yang tidak sedikit juga.

Di lain pihak, PSSI juga harus membantu pendanaan klub. PSSI juga sebaiknya bisa meningkatkan sisi komersil sehingga kompetisi liga bisa di sponsori dan klub pun mendapat subsidi yang cukup.

 Ya semoga, kedepannya klub sepakbola Indonesia bisa menerapkan langkah yang tepat agar bisa memenuhi kebutuhan biaya secara mandiri sehingga tidak ada lagi kabar tunggakan gaji maupun hutang klub yang begitu banyak.

 Raimundus Brian P
Mahasiswa Unika Atma Jaya





Brian Prasetyawan Guru SDN Sumur Batu 01 Pagi Jakarta. Menulis sejak 2009. Pengurus Asosiasi Guru Penulis PGRI. Pengurus Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI

2 Komentar untuk "Klub Harus Lebih Kreatif dalam Berbisnis"

  1. Ternyata sudah pernah dimuat di rubrik OPOSAN BOLA. Dapat honor uang kan, lumayan lho jumlahnya hehehehehehe. Sekarang OPOSAN BOLA ganti nama jadi OPINI PUUBLIK di Harian BOLA.
    Dicoba kirim lagi, siapa tahu dimuat. Honornya kan bisa buat traktir teman-teman waktu kamu wisuda nanti hehehehehehe

    BalasHapus
  2. hehe iya pernah dimuat sekali doang. Iya maunya ngirim lagi. tapi lagi seret idenya hehe

    BalasHapus
Silakan mengirimkan komentar yang sesuai dengan postingan diatas.

Tolong berkomentar menggunakan nama pribadi. Jangan nama produk/bisnis/judul postingan artikel. Komentar menggunakan nama tersebut terpaksa akan saya hapus.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel